Kawah putih, Tinggi Raja, Simalungun, Sumatera Utara.
dengan mengunjungi kawasan wisata Kawah Putih Tinggi Raja di Sumatra Utara. Di Obyek wisata cagar alam seluas 176 hektar terdapat Kawah Putih Tinggi Raja yang memiliki luas sekitar 4 hektare.
Bagai mutiara dalam lumpur. Itulah ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan keindahan Kawah Putih Tinggi Raja. Keindahannya bisa disandingkan dengan Kawah Putih Ciwidey di Bandung dan Hot Spring Pamukkale di Turki.
Terletak di Desa Dolok Tinggi Raja Kecamatan Silau Kahean yang berada di ujung pelosok Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara. Berada di tengah-tengah kawasan hutan lindung, terdapat pesona bukit kapur seputih salju dengan danau air panas berwarna biru kehijauan.
Dipastikan siapa saja yang melihatnya, akan dibuat ternganga dan terbelalak. Kaget, kagum, terpesona, hingga tak percaya. Di sebuah tempat yang sangat terpencil ada surga yang terserak.
Kawah Putih Tinggi Raja memilki sumber air panas berasal dari bukit-bukit kecil di daerah tersebut. Air panas ini mengalir ke sungai Bah Balakbak yang berbatu dan berair jernih dan sejuk. Di sini pengunjung bisa mandi pada pertemuan air panas dan air dingin yang sangat nikmat sebagai hasil proses alam.
Sedikit orang yang tahu terhadap tempat ini. Sekitar 3 tahun lalu, bukit kapur itu benar-benar seputih kapas atau salju. Terhampar luas kontras dengan langit yang berwarna biru dan pepohonan yang berwarna hijau. Namun, kini bukit kapur itu sudah mulai menghitam akibat reaksi oksigen di udara.
Legenda Kawah Putih Tinggi Raja :
puluhan tahun silam penduduk Tinggi Raja menanam padi beramai-ramai. Setelah prosesi menanam padi itu selesai, masyarakat pun berpesta dan berdoa agar panennya kelak berhasil.
Pada saat yang sama, ada seorang nenek renta yang juga penduduk kampung itu tidak memiliki sanak keluarga. Dia tidak bisa lagi bertani seperti yang lain. Bahkan untuk hadir ke pesta tanam pun tidak bisa.
Kemudian pemimpin kampung itu meminta seorang pemuda lajang dan seorang anak kecil untuk mengantarkan makanan dari pesta. Namun, ditengah perjalanan pemuda dan anak kecil tadi memakan makanan titipan untuk sang nenek hingga tersisa tulang belulang.
"Akhirnya nenek itu marah, diambilnya tempurung kelapa dan dipukul-pukul menjadi sebuah irama, diambilnya seekor kucing dan kemudian ditarik-tarik sambil menari. Kucing itu disiksanya sampai akhirnya keluar air dari berbagai sisi karena murka sang nenek dan kucing itu," tuturnya.
Akhirnya penduduk berlarian ke kampung atas untuk menghidari air yang keluar di halaman-halaman rumah mereka. Hingga saat ini, kucing menjadi binatang yang dikeramatkan di Tinggi Raja.
Untuk menuju Kawah Putih Tinggi Raja, dibutuhkan waktu 3-5 jam melalui jalan berbatu. Jalanan yang penuh debu bila kemarau dan berubah menjadi kubangan lumpur saat hujan mengguyur
Munkin ini akan jadi Pengalaman yang tak terlupakan ditempat yang tak terlupakan . . .
^^
Semoga infonya bermanfaat . .
Salam Fotografi
#BFS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar